Orang Bali Indonesia

Dewa Tertinggi dilihat dari Urutan Panca Sembah

seperti yang telah diketahui, urutan panca sembah ada 5 point, yaitu sembah puyung, sembah kepada dewa surya, sembah kepada dewa yang dipuja, mohon anugrah dari para dewa tersebut dan ditutup dengan sembah puyung kembali.

merupakan sembah pertama kali, dengan tanpa sarana (puyung), mencakupkan tangan di depan kepala. jika dilihat dari mantranya " om atma tatwatma (tatwa atma)...." menunjukkan bahwa yang tertinggi itu adalah ATMA itu sendiri... sesuai dengan pokok-pokok keimanan agama hindu, dimana atma merupakan tuhan itu sendiri yang berada di dalam tubuh ciptaannya (manusia).

Sembah kedua menggunakan sarana bunga

sembah ini ditujukan kepada dewa surya. dan menurut pandangan secara umum, beliau dipuja karena sebagai saksi kehidupan serta karena beliau merupakan murid terbaik dari dewa siwa sehingga beliau diberi gelar hyang siwa raditya (surya murid dewa siwa).

tetapi, coba kita perhatikan kembali dari akar kata DEWA, dimana "div = sinar". bila dilihat dari kasat mata, apakah yang bersinar di sekeliling kita? sudah tentu ada 2 sumber sinar yaitu matahari dan api. mungkin inilah sebabnya, bila memuja dewa atau melakukan persembahyangan dewa surya tidak pernah luput dari pujaan begitupula

indikasi dewa surya sebagai dewa tertinggi dapat dilihat dari sastra dasa aksara, dimana disebutkan bahwa, 10 huruf suci kemujisatan itu adalah "Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya" dan bila dibaca dengan dialek bahasa bali maka akan terbaca "Sa Bete Ai, Nama Siwa ya" yang artinya asalkan bersinar terutama Matahari, bisa disebut sebagai siwa. pemahaman ini dikembangkan oleh sekta siwasidhanta yang dominan menguasai spiritual di bali. jadi Matahari alias Surya dilihat sebagai sesuatu utama.

tidak hanya dibali saja, bahkan dari jaman awal peradaban manusia, dewa surya dinobatkan sebagai dewa tertinggi, merupakan wakil tuhan.

, ia dipuja sebagai wajah Agni di angkasa (Ṛgveda X. 7. 3), matanya Mitra dan Varuṇa, sebagai dewanya mata atau maha melihat, sebagai pengukur hari (Ṛgveda 1. 50.7), sebagai pencipta segalanya (Ṛgveda 1. 170. 4), sebagai planet angkasa (Ṛgveda X. 177. 1), sebagai roda (Ṛgveda 1. 175.4), pemusnah kegelapan, penyembuh orang sakit dan sebagai pandita (Purohita) bagi para dewa (Ṛgveda VIII. 90.12). Kata Svar (Svah) sebagai asal kata Sūrya. Ia juga disebut Divakara (Atharvaveda IV. 10. 5. Ia digambarkan sebagai laki-laki berkulit hitam kemerah-merahan, memiliki tiga mata dan bertangan empat, dua tangannya memegang bunga teratai, dan dua yang lainnya dalam sikap memberi anugrah. Ia duduk di atas bunga padma (teratai merah) dan dari seluruh tubuhnya memancar cahaya. Ia dipuja setiap hari oleh para rohaniwan melalui pembacaan Gāyatrī mantram.

Dalam Viṣṇu Puraṇa dinyatakan mempunyai istri bemama Sangna, saudaranya Visvakarma, melahirkan tiga orang putra. Di dalam Bhavisya Puraṇa, ia disebut sebagai dewa tertinggi, sedang dalam Brahma Puraṇa ia disebut memiliki 12 nama, sesuai dengan nama 12 Āditya (Dvadasaditya). Kusir kreta dewa Sūrya benama Aruṇa, keretanya ditarik dengan 7 ekor kuda (mengingatkan warna cahaya yang dibiaskan) sedang dewi Candrā keretanya ditarik oleh 12 ekor kuda (mengingatkan 12 bulan setahun)

bila dilihat dari urutan tersebut diatas, dapat diperhatikan bahwa, Persembahan dewa surya mendapat posisi nomor 2, jadi memiliki posisi penting bagi warga Bali. disamping itu, stana Dewa surya selalu hadir dalam setiap upacara yadnya. disamping itu seorang sulinggih juga disebut sebagai surya bagi sisya-nya. dan sulinggih rutin melakukan pemujaan surya-sewana.

tergantung Tahapan Hidup dan Warna seseorang

tidak ada DEWA yang dipuja seumur hidup, bahkan menjadikan SATU DEWA sebagai Tuhan

kira-kira dimana kurangnya bali?

kenapa harus mecari-cari pembenaran kesana kemari?

kenapa tidak lebih mendalami hindu, daripada menyembah satu dewa tertinggi saja?

karena itu kesimpulan saya sebagai pemuda hindu bali yang sudah menikah, Dewa Tertinggi Orang Hindu Bali bagi saya pribadi yang layak kita puja saat ini adalah Sang Hyang Sri Dhana, beliaulah dewa bisnis, dewa kekayaan, yang disamakan dengan dewa kuwera, dewi laksmi.

kenapa kita harus memujanya?

karena saat ini, selama kita belum menginjak wanaprasta, belum siap meninggalkan tanggungjawab menjadi kepala keluarga, yang belum siap meninggalkan anak dan istri serta orang tau dan kerabat, yang belum siap bersikap adil dalam artian luas, UANG itu merupakan salah satu indikator utama jagathita dimasa grahasta, tanpa uang anak tidak sekolah, tanpa uang keluarga tidak makan, tanpa uang semua kegiatan terhenti, tanpa uang akan sulit melakukan yadnya dengan ikhlas... grahasta itu identik dengan Artha dan Kama, orang stres karena uang, orang bingung karena uang... Sang Hyang Sridhana lah sumber kebahagiaan...

tapi semua itu, dalam mencari jagathita tetap berpegang dengan dharma.

bangsa yang berasal daripada pulau Bali | Bangsa Bali

Nama orang Bali biasanya dibuat berdasarkan kasta atau golongan sosial. Namun, dewasa ini kasta di Bali tak lagi berfungsi sebagai pembagian tugas dalam masyarakat, tetapi hanya digunakan dalam silsilah keluarga, seperti pada penamaan seseorang.

Kasta yang tercantum dalam catur wangsa terdiri atas empat golongan yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Brahmana merupakan keturunan pemuka agama yang pada masa kerajaan dipercaya untuk memimpin upacara keagamaan.

Orang-orang dari kasta ini umumnya akan punya nama depan Ida Bagus untuk laki-laki dan Ida Ayu untuk perempuan. Untuk kasta Brahmana, kata 'I' dan 'Ni' itu otomatis diganti dengan 'Bagus' yang berati tampan dan 'Ayu' yang berarti cantik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya Ksatria merupakan keturunan raja, bangsawan, atau golongan kerajaan. Orang-orang dari Kasta ini umumnya punya nama Anak Agung, Cokorda, atau Gusti.

Kemudian untuk kalangan Waisya yang merupakan keturunan pedagang dan pengusaha zaman kerajaan, punya nama seperti Dewa, Desak, Ngakan, Kompyang, Sang, dan Si.

Terakhir adalah golongan Sudra yang dulunya berprofesi sebagai pekerja atau buruh, tetapi dimasa sekarang pekerjaannya sudah lebih bervariasi seperti bekerja di pemerintahan atau swasta.

Nama orang Sudra biasanya menggunakan urutan kelahiran tanpa adanya gelar tertentu, yaitu Wayan untuk anak pertama, Made untuk anak kedua, Nyoman untuk anak ketiga, dan Ketut anak keempat.

Bandana (2015) dalam penelitiannya berjudul Sistem Nama Orang Bali : Kajian Struktur dan Makna, mencontohkan susunan nama orang Bali beserta artinya.

Misalnya Ida Bagus Ketut Maha Indra yang berarti seorang laki-laki, anak keempat dari golongan Brahmana yang diharapkan akan jadi orang besar seperti Dewa Indra.

Contoh lainnya, Anak Agung Istri Purnamawati berarti seorang anak perempuan dari golongan Kstaria yang diharapkan kelak akan tumbuh menjadi gadis cantik bagaikan bulan purnama.

Terakhir, I Nyoman Arya yang artinya seorang laki-laki, anak ketiga, dari golongan masyarakat biasa yang diharapkan akan menjadi orang besar atau memiliki kedudukan tinggi.

Nah, jika sudah tahu konsep dasarnya, apakah kalian sekarang bisa menebak kasta orang Bali berdasarkan namanya? semoga informasi ini berguna ya semeton!

Pikachu berkemeja Batik akan muncul di alam liar di Bali! Pikachu khusus ini akan memulai debut pada hari Sabtu, 2 Maret 2024, dan akan terus muncul selama lebih dari setahun!

Selain itu, pastikan untuk menantikan Chatot, si Pokémon Partitur! Chatot hanya dapat ditemukan di wilayah tertentu di Asia Timur, termasuk Bali.

Pemilik tiket Pikachu’s Indonesia Journey dapat bertemu dengan Pokémon berikut sambil menjelajahi Bali pada tanggal dan waktu yang tercantum pada tiket event mereka.

Pulau Bali, seolah tak akan ada habisnya membicarakan keindahannya dari segala aspek. Pulau ini begitu eksotis menawarkan kecantikan baik pemandangan hingga ramah tamah para penduduk aslinya. Rupanya ada beberapa kebiasaan orang Bali yang mampu membuat para turis merasa nyaman, lho! Simak berikut ini 10 sifat orang Bali yang jadi salah satu faktor berkembangnya industri pariwisata setempat.

Setiap Budaya punya Arti

Setiap budaya masyarakat Bali itu lekat dengan seni instalasi. Sebutlah beberapa bangunan yang identik dengan budaya Bali, seolah memang terlahir untuk seni instalasi. Uniknya, setiap budaya menyimpan arti masing-masing. Salah satunya sesaji yang diletakkan di berbagai tempat.

"Ada banyak pengertian dalam budaya menaruh sesaji. Biasanya karena orang Bali punya tradisi dari dulu yang hingga sekarang masih berlanjut. Salah satunya ialah sesudah menanak nasi, mereka menghaturkan sesaji dari nasi yang ditanak untuk dibawa keliling rumah. Taruh di depan rumah, samping dapur, samping saluran air, hal ini sebagai tanda terima kasih," ujar Gde Aryantha.

Sudah menjadi tradisi orang Bali usai memasak nasi, sebelum makan mereka akan menghaturkan sesaji dulu keliling rumah. Sesaji yang dimasak itu menggunakan daun, baru kemudian sesaji dimakan.

"Setelah mereka makan malam, makan siang, sudah tidak lagi berdoa di meja makan. Sebab orang Bali sejak zaman dahulu tidak biasa makan di meja, mereka terbiasa jongkok. Orang modern baru makan di meja," cerita Gde Aryantha.

Sifat dan Kebiasaan Orang Bali

Ada Akulturasi Budaya dan Agama

Desa Pegayaman adalah desa dengan mayoritas penduduk beragama Islam, di tengah lingkungan masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu. Dalam buku Bali Menggugat oleh Putu Setia, diceritakan bahwa mereka tetap mempertahankan tradisi Bali. Mereka juga tetap menggunakan nama-nama asli Bali seperti Wayan, Nengah, Ketut, Made, sebagai nama khas orang Bali sesuai urut kelahiran.

Salah satu budaya yang masih dipertahankan yakni Ngejot, membawa makanan ke tetangga sebagai sarana silaturahmi. Hal ini dilakukan pada bulan-bulan puasa. Penduduk setempat masih memegang teguh tradisi Bali selama tidak melanggar keyakinan beragama, terlebih jika itu berbagi dengan orang lain.

Selain itu ada pula tradisi Muludan sebagai perayaan lahirnya Nabi Muhammad, warga Pegayaman mulai membuat ogoh-ogoh (patung raksasa yang biasa dipakai umat Hindu dalam menyambut Hari Raya Nyepi) yang kemudian diarak warga.

Nah detikers, itulah tadi penjelasan lengkap mengenai kebiasaan orang Bali yang jadi ciri khas dan daya tarik bagi para wisatawan. Sungguh unik dan membanggakan ya? Kini tak heran mengapa Bali selalu jadi primadona dalam wisata.

Masyarakat Bali Bisa Bahasa Inggris

Mengingat Bali yang selalu menjadi destinasi wisata, membuat mayoritas warganya pun jadi bisa berbahasa inggris. Meskipun mungkin tidak terlalu fasih, namun bisa dikatakan para turis mancanegara nyambung saat berbicara dengan penduduk setempat. Mereka belajar bahasa Inggris secara otodidak karena tuntutan pariwisata yang berkaitan dengan sumber perekonomian mereka.

Keindahan Alam yang 'Nyeni'

Bicara soal keindahan alam, sudah tak diragukan lagi. Bali memang selalu jadi tujuan berwisata. Mulai dari pantainya, beberapa bangunan yang kental dengan budaya Bali, hingga wisata kulinernya. Seolah tak ada habisnya membicarakan keindahan Bali, bahkan keindahan daerahnya pun menyimpan seni.

Lihat saja keberadaan Pura dan bagaimana penduduk setempat menjalani hidup dengan sajian alamnya. Seolah mereka saling berintegrasi, antara keindahan alam, kebudayaan, dan cara mereka menjalani hidup.

"Sesuatu yang mampu membuat turis kembali datang ke Bali itu tak melulu keindahannya. Tapi tradisinya, kebiasaannya, kebudayaan mereka itu sudah kesenian. Orang Bali saban hari itu berkesenian. Menurut saya orang yang paling hidup dengan kesenian itu hanya orang Bali. Jangan dilawan deh orang Bali," ujar Gde Aryantha sembari tertawa.

Memegang Kuat Tradisi

Tak dipungkiri, Bali yang dikunjungi oleh banyak pendatang membuat Pulau Dewata mudah terpapar tradisi luar. Salah satunya modernisasi pada arsitektur rumah, keberadaan ruang tamu merupakan adaptasi dari peradaban Barat.

Kebiasaan makan pakai sendok juga merupakan adaptasi dari budaya penjajah, sebab diterangkan oleh Gde Aryantha bahwa orang Bali sejak dulu makan dengan posisi jongkok dengan meja yang rendah. Hal ini merupakan keunikan sebuah tradisi yang masih ada hingga sekarang namun tak banyak lagi dilakukan.

"Jadi Bali itu disukai di dunia karena unik dan otentik, tidak ada di dunia. Itu selalu saya bilang di buku-buku saya. Dalam kehidupan modern, orang Bali jelas ada yang terbawa pengaruh Barat. Tapi semua tergantung pola pikir, sehingga bisa membedakan mana yang sekiranya mampu memajukan peradaban," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa orang Bali itu kuat dengan tradisi, hal inilah yang menjadi benteng. Sehingga meskipun ada budaya Barat yang masuk, tetap orang Bali mampu menjaga tradisinya.

"Misalnya kesenian Barong, itu kan ada barongsai. Ornamen-ornamen ukiran-ukiran itu kan pengaruh cina, pengaruh mesir ada juga. Tapi kehebatannya orang Bali sebagai makhluk seni, yang mereka terima itu mereka create menjadi suatu yang baru. Sehingga ketika mereka masuk ke ranah tradisi, mereka jadi disiplin, jadi baik. Itu juga suatu yang unik, bagaimana pengaruh luar tidak sampai masuk ke jantung, ke intinya. Cuma di permukaan saja," pungkas Gde Aryantha.

Menyuguhkan Sesuatu yang Beda

Begitu Anda menginjakkan kaki ke Pulau Dewata, pasti akan terasa sesuatu hal yang berbeda dan unik. Hal ini karena ada begitu banyak ciri khas yang membedakan Bali dengan daerah lainnya. Salah satunya ada sapi Bali.

Dilansir dari laman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, sapi Bali merupakan sapi asli dan murni Indonesia, merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng). Salah satu ciri yang paling mudah diamati yakni bentuk badan yang kompak padat, sintal, dan tidak berpunuk. Warna bulu badan sapi betina dan pedet atau godel jantan maupun betina berwarna merah bata. Sedangkan sapi jantan berwarna hitam.

"Itu kan sudah keistimewaan. Sapi Bali itu sapi unik, kemudian ada jalak Bali, hanya Bali yang punya. Nah itulah keunikan-keunikan bali, jadi yang membuat orang senang kembali menikmati Bali itu karena keunikannya. Ditambah mungkin juga senyum orang Bali beda dengan orang Jawa, Bandung, atau Surabaya," ceritanya sambil tertawa kecil.

Punya Ciri Khas pada Kediamannya

Jika mungkin ada pendapat bahwa orang Bali sampai menyiapkan kamar kosong untuk tamu menginap, hal ini dibantah oleh Gde Aryantha. Ia mengatakan bahwa orang Bali justru tidak punya kamar atau ruang tersendiri untuk tamu.

"Kalau melihat rumah-rumah orang Bali di Desa, tradisi yang asli tidak ada ruang tamunya. Jadi kalau datang ke tempat saya, kampung halaman saya yang masih tradisi Bali, penataan pekarangan ya tidak ada ruang tamu," ungkapnya.

Hal ini justru jadi ciri khas yang lagi-lagi menjadi keunikan. Sekarang, beberapa rumah sudah mengusung tema modern sehingga sudah lebih ditata. Disampaikan oleh Gde Aryantha, bahwa sebetulnya tidak adanya ruang untuk tamu juga ditemukan di beberapa rumah adat salah satunya Joglo.

"Bisa mengkaji arsitektur Bali. Arsitektur Bali tidak mengenal ruang untuk tamu, kamar tamu pun enggak ada. Jadi tamu diterima tapi di halaman, di bangunan yang sudah ada, di depan dapur, dan yang lainnya. Tidak ada khusus ruang tamu untuk menerima tamu," kuaknya.

Ramah dengan Pendatang

Orang Bali punya kultur yang selalu ramah dan terbuka dengan kehadiran pendatang. Sebetulnya, kebanyakan orang Indonesia memang punya cara sendiri menyambut tamu, yakni dengan beramah tamah. Sambutan hangat tak hanya jadi kultur bagi orang Bali, namun juga penduduk Jawa Tengah, Yogyakarta, Bandung, dan beberapa kota lain pun memang berusaha welcome dengan pendatang.

Hal tersebut dibenarkan oleh Gde Aryantha Soethama saat dihubungi detikcom, Selasa (26/10/2022). Seniman, sastrawan, sekaligus penulis buku asal Bali ini menjelaskan bahwa kebanyakan orang Indonesia disebut 'gampang guyub'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Orang Indonesia dan orang-orang Timur itu gampang guyub. Kita punya kebiasaan atau culture yang suka dengan kebersamaan. Sementara di Bali, terdapat keunikan dan keotentikan dari culture 'guyub' itu. Inilah yang membuat pendatang betah," jelasnya.

Sering kita melihat rutinitas para penduduk ibu kota, saat jenuh mereka memilih untuk refreshing sejenak ke Bali atau bahkan membawa pekerjaannya sembari healing di Bali. Pulau Dewata terasa begitu menenangkan dan menyimpan kesan tersendiri bagi para pendatang.

"Pendatang bisa dari mana saja, mungkin turis mancanegara maupun domestik. Bagi para pelancong, orang Bali itu nampak hidupnya santai banget. Ini karena culture petani yang melekat di orang-orang Bali," jelas pria berusia 67 tahun tersebut.

Ia pun menjelaskan bahwa petani biasanya menghadapi musim tanam, ada jeda mereka untuk bersantai di tengah kerja yang berat. Saat orang-orang Bali bersantai, para pendatang jadi betah melihatnya, mereka merasa kehidupan orang Bali lebih santai.

"Banyak orang bilang, seperti orang-orang Jakarta katakan kalau hidup di Bali itu menyenangkan. Seperti libur terus, tidak sebising kerja di Jakarta. Memang culture Bali itu begitu, seperti culture petani," ujar Gde Aryantha.

Orang Indonesia terutama warga Bali punya beragam budaya yang unik dan menarik. Salah satunya yang paling mudah dijumpai yakni menaruh sesaji. Di berbagai tempat, kita bisa dengan mudahnya melihat keberadaan sesaji.

"Tradisi menaruh sesaji ini kan unik. Kalau orang luar lihat 'ngapain?' Di mana-mana ada sesaji. Ini sudah jadi ciri khas kehidupan orang Bali sehari-hari yang lekat dengan kesenian. Misalnya usai memasak, mereka menghaturkan sesaji. Kemudian ada hari-hari lain, seperti adanya hari raya di Bali," terangnya.

"Orang Bali itu memang manusianya seni, hidupnya seni, sehingga lekat dengan kesenian. Kesenian itu banyak mengandung entertainment, makanya orang betah. Ibarat jika mereka ingin cari hiburan, maka datang ke Bali saja, tidak perlu menonton seni pertunjukan khusus," imbuhnya.

Hidup orang Bali memang selalu lekat dengan kesenian. Menghaturkan sesaji, upacara di Pura, Ngaben, setiap lini kehidupannya sudah identik dengan seni. Hal ini jadi daya tarik atau hiburan bagi pendatang.